Jumat, 30 September 2011

KEGIATAN DESAKUUU............

Kajar, Desa Pandai Besi Besar
Desa Kajar terkenal sebagai desa pandai besi, salah satu desa di kecamatan Wonosari, kabubaten Gunung kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Produksi utamanya alat-alat pertanian. Desa tersebut terletak lokasi kurang lebih 30 kilometer arah ke tenggara dari kota Yogyakarta.

Sebenarynya secara administrasi pemerintah, tidak aDunhama "Desa Kajar". Area itu terdiri dari tiga dukuh, yaitu Kajar I,II,dan III dalam kelurahan Karangtengah. Namun orang-orang daerahnya menyebutkan area it "Desa Kajar" dengan kebiasaan.

Geografi desa tersebut daerah bukit dan komposisi sebagian besar tanahnya terdiri dari batu kapur. Tanahnya kering dan tidak subur. Daerahnya susah diimplementasikan irigasi sehingga produksi pertanian poko merupakan singkong sampai tahun 1980an.

Mungkin bisa dikatakana bahwa sebabnya sumber daya pertaniannya tidak cukup, industri pandai besi berkembang di Kajar secara altanatif. Dunham mendeskripsikan bahwa penduduk desa Kajar mengembangkan aktivitas pandai besi supaya mereka dapat pendapatannya secara stabil dan mengantisipasi gagalnya panen. Setiap saat penduduknya mengalami kelaparan beberapa bulan sebab gagal panen, bannyak petani mulai mengikuti aktivitas pandai besi.

Megingat definisi kerja beragam tergantung lingkugan, teknologi, dan tergantung yang dianggap sebagai "kebutuhan" (Wallman 1979, 7), pekerjaan pandai besi berkembang dengan alasannya batas akses sumber daya pertanian.
Alasan perkembangannya tidak hanya sumber daya. Tahun 1920an dua orang pindah ke Kajar dari desa lain di Wonosari. Salah satunya hanya pandai besi biasa tetapi mampu mendirikan perapen pertama di Kajar. Yang lain adalah pandai besi yang unggul membuat kris. Keterunannya kedua pendiri pandai besi tersebut belajar keahlian pandai besi secara generasi ke generasi. Di Jawa keterunan cakal bakal menahan hubungannya cakal bakal mereka dengan merayakan kuburannya (Koentjaraningrat 1985). Kalau di kasus Kajar, keterunan pendiri pandai besi juga merayakan kuburanya seperti sama, bahkan merayakan lebih ramai daripada pelakuannya cakal bakal.

Tambahan lagi selama period penjajahan Jepang, para pandai besi di Kajar disuruh oleh tentara Jepang untuk membuat bagian senjata dengan pakai bahan besi bekas. Dengan pengalaman ini, pandai besi di Kajar memperoleh ketrampilan yang tidak dipunyai pandai besi di desa lain. Oleh karnanya, pandai besi di Kajar bisa metnambah nilai tambahan di produkli melalui pekerjaannya.
Apalagi pandai besi di Kajar percaya bahwa orang yang memiliki nasib untuk menjadi pandai bedi adalah hanya penduduk Kajar, melainkan penduduk desa lain. Pekerja lelaki di Kajar mengidentifikasikan sendiri dengan pandai besi.


Perubahan Musim dan Kesinambungan Kerja

Pandai besi biasanya memproduksi alat-alat pertanian. Akan tetapi membuat peralatan jenisnya lain juga tergantung permintaan. Perbahan musin terjadi dalam permintaan atas alat-alat. Beberapa peralatan pertanian dibutuh pada saat-saat tertentu dalam daur penanaman padi. Sekop, cangkul, garu, dan mata bajak dibutuhkan selama musim tanam, alat-alat penyiang selama periode bertumbuh, dan pisau pemanen (ani-ani) atau arit selama musin panen. Biasanya, warga desa meDSCF1081mbeli alat-alat pertanian baru dan memperbaiki yang lama persis sebekum awal musim hujan, sehingga menciptakan satu lonjakan tajam permintaan. Pola itu berlanjut di wilayah-wilayah yang di sana terdapat satu musim tanam padi pada musim hujan, misalmya di kabubaten-kabubaten yang lebih kering atau bagian-bagian pulau tempat sistem irigasi tidak berkemban baik. Kebutuhan akan alat-alat pertukangan, di lain pihak, masih memuncak tajam dalam dua atau tiga bulan setelah panen pada musim hujan. Ini karena warga desa memiliki banyak uang tunai mereka untuk membangun dan memperbaiki rumah, dan cuaca cukup kering sehingga memungkinkan untuk pembangunan. Mungkin ada puncak-puncak lain berdasarkan aktivitas setempat. Misalnya penanbangan batu cenderung menjadi aktivitas pada musim kering karena lubang tambang dipenuhi air pada musim hujan. Di kabupaten-kabupaten tempat penambangun batu, kebutuhan akan baji, beliung, dan kapal meningkat pada awal musim kering. Meskipun kebutuhan banyak peralatan bersifat musiman, ada beberapa produk yang menunjukkan tingkat permintaan yang terus berlanjut, misalnya pisau dapur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar