DI tempat-tempat tertentu untuk umum seperti rumah sakit, stasiun, perbankan, kampus, sekolah, taman, pusat perbelanjaan atau tempat lainnya pasti ada menemukan gambar tempat sampah atau keranjang sampah dan dibawah gambar ada tempat sampahnya atau gambar itu langsung melekat di keranjang sampah (yang berarti tempat membuang sampah). Akan tetapi, selain berupa gambar ada juga yang berupa tulisan kalimat, seperti "Dilarang Buang Sampah Sembarangan", "Jangan Buang Sampah Sembarangan !" atau "Buanglah Sampah pada Tempatnya".
Sampah, yang dalam kamus bahasa Indonesia didefenisikan sebagai barang atau benda yang sudah tidak berguna, tidak terpakai lagi dan harus dibuang. Sampah juga terbagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah kering. Sampah padat contohnya besi, kaleng dan benda padat lainnya, sampah kering berupa plastik, kertas, dan yang lainnya. Sementara sampah basah berupa limbah rumah tangga, sisa makanan dan yang lainnya. Dalam proses pencernaan di dalam tubuh manusia pun ada yang namanya sampah dan harus dibuang dalam bentuk kotoran. Bagaimana rasanya kalau sampah di dalam tubuh manusia tidak dibuang (BAB tidak lancar) -
Sama halnya dengan sampah rumah tangga, jika ditumpuk beberapa hari dan tidak segera diangkat akan menimbulkan aroma tidak sedap. Biasanya, serangga seperti lalat dan nyamuk sangat senang bercokol di tumpukan sampah seperti ini apalagi sudah menimbulkan bau busuk. Lalat akan sangat cepat berkembang biak dengan tersedianya bahan makanan. Kalau dibiarkan berlarut-larut, lalat akan terbang kemana-mana dan hinggap di makanan yang kita makan. Apa yang akan terjadi - Mungkin akibatnya tidak langsung pada saat lalat hinggap di makanan yang kita makan. Perlu proses beberapa jam dan bibit penyakit yang tadi ditinggalkan lalat di dalam makanan yang kita makan akan berkembang dan menimbulkan berbagai macam gejala dan penyakit seperti mual, mencret, sakit perut dan terserang penyakit lainnya.
Sadar atau tidak sadar, kita sering lalai dalam membuang sampah. Tak perlu heran kalau Anda naik kendaraan motor atau mobil di kota Medan, masih ada pengguna jalan yang membuang sampah sembarangan. Bungkus makanan, botol air mineral atau meludah dari dalam mobil masih menjadi pemandangan yang biasa. Kesadaran pengguna jalan di kota Medan untuk membuang sampah pada tempatnya masih sangat rendah.
Kebiasaan buruk yang paling parah lagi adalah, saat mengitari beberapa jalan di kota Medan masih saja ada orang yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Kebiasaan ini sering dilakukan waktu pagi atau subuh dan malam hari saat orang-orang sudah mulai masuk rumah. Ada yang sengaja membawa sampah rumah tangga dari rumah dengan sepeda motor atau mobil dan membuang begitu saja di pinggir jalan yang agak sepi.
Padahal, di beberapa ruas jalan di kota Medan sudah ada tempat sampah (yang kebanyakan dirusak dan dicuri orang). Ada juga beberapa tempat yang selama ini sering menjadi tempat buang sampah dari orang-orang yang tak dikenal dibersihkan oleh pihak kelurahan dan dibuat plank dengan tulisan "Kawasan Ini Bukan Tempat Membuang Sampah!" atau kalimat yang agak kasar. Membaca tulisan ini kadang-kadang kita jadi miris, karena tetap saja ada orang yang membuang sampah ke tempat itu.
Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan juga menjadi salah satu kejahatan kita terhadap upaya pelestarian lingkungan. Membuang sampah dengan sembarangan akan memberi dampak tersumbatnya saluran air yang menjadi muara terjadinya banjir di beberapa kawasan, pencemaran udara, pencemaran tanah dan menimbulkan berbagai macam penyakit.
Berbicara tentang sampah, sebenarnya tidak semua sampah harus dibuang dan tidak berguna sama sekali. Ada juga beberapa jenis sampah yang masih bisa didaur ulang dan diolah menjadi pupuk kompos, sampah plastik didaur ulang menjadi pot bunga, tas, dan kerajinan tangan lainnya. Tinggal kreatifitas dari orang-orang yang menjadikan sampah menjadi rupiah.
Sejak Usia Dini
Selain masalah kemacetan lalulintas, masalah sampah juga menjadi topik penting yang harus dicari pemecahannya terutama di kota-kota besar. Bayangkan jika di kota itu ada tinggal sekitar 20 ribu keluarga. Di mana setiap harinya satu keluarga menghasilkan 1 kilogram sampah, berarti dalam satu hari saja ada 20 ribu kilogram (20 ton) sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Jika dibiarkan dua sampai tiga hari, berarti ada 60 ton sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) atau sebagian dari sampah menumpuk di tong sampah rumah tangga.
Di beberapa negara di dunia, ada kebijakan agar warganya benar-benar dalam memilah sampah kering dan sampah basah. Kalau sampahnya tidak dipilah dengan benar, petugas tidak akan mengangkat sampah itu. Kebijakan ini dibuat untuk membiasakan warganya disiplin dalam membuang sampah. Karena, sampah yang diangkut petugas nantinya akan ditumpuk di suatu tempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan dan sampah basah diolah menjadi kompos atau pupuk organik.
Mengolah sampah menjadi pupuk organik adalah salah satu upaya kita menjaga kelestarian alam terutama menjaga kesuburan tanah (back to nature). Kebiasaan menggunakan pupuk kimia sudah saatnya ditinggalkan dan mulai beralih menggunakan pupuk organik. Karena, pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen,@ yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada CO2. Segera beralih ke pertanian organik.
Itu sebabnya, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya harus dimulai dari anak-anak usia dini, mengajari mereka akan arti pentingnya hidup bersih, menjaga kelestarian alam dari kerusakan dan mencintai lingkungan sekitarnya. Selain kesadaran dan kebiasaan yang telah dipupuk sejak kecil, diharapkan setelah mereka semakin dewasa akan mengerti akan arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Sampai hari ini, beberapa negara di dunia selalu menyerukan agar semua masyarakat memiliki kepedulian dan mengurangi dampak pemanasan global. Antara lain dengan membuang sampah pada tempatnya, membatasi penggunaan kertas (dimana setiap kali kita menggunakan kertas berarti akan ada pohon yang ditebang untuk memproduksi kertas yang kita gunakan). Mengurangi penggunaan kantong plastik dan memulai kebiasaan hidup dengan sederhana (meninggalkan pola hidup konsumtif).
Seperti disampaikan di atas, kebiasaan membuang sampah sembarangan jika diwariskan ke anak cucu kita, berarti kebiasaan yang salah tersebut akan semakin sulit untuk diperbaiki di kemudian hari. Akan tetapi, apabila kebiasaan yang benar membuang sampah pada tempatnya kita wariskan kepada anak cucu kita, maka suatu saat nanti mereka akan memiliki kepekaan dan kepedulian dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Upaya-upaya menanamkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya juga harus didukung oleh semua pihak. Misalnya, tempat-tempat umum agar menyediakan tempat buang sampah, kawasan bebas asap rokok agar puntung rokok tidak dibuang sembarangan.
Pemerintah pun dalam hal ini harus memiliki kepedulian dengan menempatkan tong-tong sampah di beberapa ruas jalan. Penempatan tong sampah di beberapa ruas jalan di kota Medan memang menjadi satu dilema yang berkepanjangan. Dimana tong sampah yang ada di beberapa ruas jalan dirusak oleh masyarakat, dicuri dan tidak difungsikan.
Masyarakat kota Medan masih banyak yang tidak perduli dengan masalah kebersihan kota. Membuang sampah dari dalam mobil masih menjadi kebiasaan sebagian masyarakat pengguna jalan di kota Medan. Ada harapan, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan seseorang berarti akan semakin meningkatlah kesadarannya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Semoga !!!
Sama halnya dengan sampah rumah tangga, jika ditumpuk beberapa hari dan tidak segera diangkat akan menimbulkan aroma tidak sedap. Biasanya, serangga seperti lalat dan nyamuk sangat senang bercokol di tumpukan sampah seperti ini apalagi sudah menimbulkan bau busuk. Lalat akan sangat cepat berkembang biak dengan tersedianya bahan makanan. Kalau dibiarkan berlarut-larut, lalat akan terbang kemana-mana dan hinggap di makanan yang kita makan. Apa yang akan terjadi - Mungkin akibatnya tidak langsung pada saat lalat hinggap di makanan yang kita makan. Perlu proses beberapa jam dan bibit penyakit yang tadi ditinggalkan lalat di dalam makanan yang kita makan akan berkembang dan menimbulkan berbagai macam gejala dan penyakit seperti mual, mencret, sakit perut dan terserang penyakit lainnya.
Sadar atau tidak sadar, kita sering lalai dalam membuang sampah. Tak perlu heran kalau Anda naik kendaraan motor atau mobil di kota Medan, masih ada pengguna jalan yang membuang sampah sembarangan. Bungkus makanan, botol air mineral atau meludah dari dalam mobil masih menjadi pemandangan yang biasa. Kesadaran pengguna jalan di kota Medan untuk membuang sampah pada tempatnya masih sangat rendah.
Kebiasaan buruk yang paling parah lagi adalah, saat mengitari beberapa jalan di kota Medan masih saja ada orang yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Kebiasaan ini sering dilakukan waktu pagi atau subuh dan malam hari saat orang-orang sudah mulai masuk rumah. Ada yang sengaja membawa sampah rumah tangga dari rumah dengan sepeda motor atau mobil dan membuang begitu saja di pinggir jalan yang agak sepi.
Padahal, di beberapa ruas jalan di kota Medan sudah ada tempat sampah (yang kebanyakan dirusak dan dicuri orang). Ada juga beberapa tempat yang selama ini sering menjadi tempat buang sampah dari orang-orang yang tak dikenal dibersihkan oleh pihak kelurahan dan dibuat plank dengan tulisan "Kawasan Ini Bukan Tempat Membuang Sampah!" atau kalimat yang agak kasar. Membaca tulisan ini kadang-kadang kita jadi miris, karena tetap saja ada orang yang membuang sampah ke tempat itu.
Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan juga menjadi salah satu kejahatan kita terhadap upaya pelestarian lingkungan. Membuang sampah dengan sembarangan akan memberi dampak tersumbatnya saluran air yang menjadi muara terjadinya banjir di beberapa kawasan, pencemaran udara, pencemaran tanah dan menimbulkan berbagai macam penyakit.
Berbicara tentang sampah, sebenarnya tidak semua sampah harus dibuang dan tidak berguna sama sekali. Ada juga beberapa jenis sampah yang masih bisa didaur ulang dan diolah menjadi pupuk kompos, sampah plastik didaur ulang menjadi pot bunga, tas, dan kerajinan tangan lainnya. Tinggal kreatifitas dari orang-orang yang menjadikan sampah menjadi rupiah.
Sejak Usia Dini
Selain masalah kemacetan lalulintas, masalah sampah juga menjadi topik penting yang harus dicari pemecahannya terutama di kota-kota besar. Bayangkan jika di kota itu ada tinggal sekitar 20 ribu keluarga. Di mana setiap harinya satu keluarga menghasilkan 1 kilogram sampah, berarti dalam satu hari saja ada 20 ribu kilogram (20 ton) sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Jika dibiarkan dua sampai tiga hari, berarti ada 60 ton sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) atau sebagian dari sampah menumpuk di tong sampah rumah tangga.
Di beberapa negara di dunia, ada kebijakan agar warganya benar-benar dalam memilah sampah kering dan sampah basah. Kalau sampahnya tidak dipilah dengan benar, petugas tidak akan mengangkat sampah itu. Kebijakan ini dibuat untuk membiasakan warganya disiplin dalam membuang sampah. Karena, sampah yang diangkut petugas nantinya akan ditumpuk di suatu tempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan dan sampah basah diolah menjadi kompos atau pupuk organik.
Mengolah sampah menjadi pupuk organik adalah salah satu upaya kita menjaga kelestarian alam terutama menjaga kesuburan tanah (back to nature). Kebiasaan menggunakan pupuk kimia sudah saatnya ditinggalkan dan mulai beralih menggunakan pupuk organik. Karena, pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen,@ yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada CO2. Segera beralih ke pertanian organik.
Itu sebabnya, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya harus dimulai dari anak-anak usia dini, mengajari mereka akan arti pentingnya hidup bersih, menjaga kelestarian alam dari kerusakan dan mencintai lingkungan sekitarnya. Selain kesadaran dan kebiasaan yang telah dipupuk sejak kecil, diharapkan setelah mereka semakin dewasa akan mengerti akan arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Sampai hari ini, beberapa negara di dunia selalu menyerukan agar semua masyarakat memiliki kepedulian dan mengurangi dampak pemanasan global. Antara lain dengan membuang sampah pada tempatnya, membatasi penggunaan kertas (dimana setiap kali kita menggunakan kertas berarti akan ada pohon yang ditebang untuk memproduksi kertas yang kita gunakan). Mengurangi penggunaan kantong plastik dan memulai kebiasaan hidup dengan sederhana (meninggalkan pola hidup konsumtif).
Seperti disampaikan di atas, kebiasaan membuang sampah sembarangan jika diwariskan ke anak cucu kita, berarti kebiasaan yang salah tersebut akan semakin sulit untuk diperbaiki di kemudian hari. Akan tetapi, apabila kebiasaan yang benar membuang sampah pada tempatnya kita wariskan kepada anak cucu kita, maka suatu saat nanti mereka akan memiliki kepekaan dan kepedulian dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Upaya-upaya menanamkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya juga harus didukung oleh semua pihak. Misalnya, tempat-tempat umum agar menyediakan tempat buang sampah, kawasan bebas asap rokok agar puntung rokok tidak dibuang sembarangan.
Pemerintah pun dalam hal ini harus memiliki kepedulian dengan menempatkan tong-tong sampah di beberapa ruas jalan. Penempatan tong sampah di beberapa ruas jalan di kota Medan memang menjadi satu dilema yang berkepanjangan. Dimana tong sampah yang ada di beberapa ruas jalan dirusak oleh masyarakat, dicuri dan tidak difungsikan.
Masyarakat kota Medan masih banyak yang tidak perduli dengan masalah kebersihan kota. Membuang sampah dari dalam mobil masih menjadi kebiasaan sebagian masyarakat pengguna jalan di kota Medan. Ada harapan, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan seseorang berarti akan semakin meningkatlah kesadarannya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Semoga !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar